Hidayah

13.11.00

id.wikipedia.org

Saat SMA, suatu ketika saya pernah berbincang dengan seorang teman. Katanya waktu itu, dia ingin berubah, menjadi seseorang yang lebih baik. Tak tahu saya apa yang menghampirinya waktu itu, mengingat teman saya ini, layaknya teman-teman saya yang lain, dan juga seperti saya sendiri, agak nggak bener tingkahnya. Mungkin ada beberapa bagian sel otaknya yang lambat diregenerasi, atau mungkin ada sinapsis yang putus dan selubung mielin yang terbuka di antara sel-sel otaknya sehingga dia gagal menghubungkan data dengan seharusnya.

Teman saya itu suka menyanyi-nyanyi dengan keras di depan kelas waktu jam pelajaran kosong, dia punya teman khayalan, seperti ‘Samirin’, teman gelembung, dan seterusnya. Kadang kala dia juga bercanda sampai di luar batas dengan orang tuanya sendiri. Maka tak pelak, ketika dia bilang begitu, sisi nyinyir saya tampak kaget. Ini anak kenapa kok tiba-tiba ngomong begini? Tapi di sisi lain saya juga merasa senang, akhirnya berkurang satu orang jiwa-jiwa yang tersesat di kelas saya waktu itu.
Namun perkataan berikutnya membuat saya harus menarik kembali harapan yang telah pupus.

“Tapi tunggu hidayah dari Tuhan dulu.”

*

Tidak sekali saja saya dikecewakan oleh seseorang. Dan tidak sekali pula saya mengecewakan orang lain.

Tapi dalam kesempatan ini, mari kita fokus dulu pada kekecewaan saya.

Tidak sedikit sebenarnya, orang-orang yang menggunakan kata hidayah itu untuk ‘mempertahankan’ perilaku-perilakunya yang bikin sebel orang lain. Misalnya saja saya, selalu menggunakan kata tersebut ketika teman saya bertanya, ‘Kapan kau tobat dari menghutang tanpa mengembalikan Bim?”

“Aku menanti hidayah Tuhan, bro.”

Sambil mengeluarkan air mata dari kedua mata yang kata seseorang indah ini (baca: diri sendiri waktu bercermin), saya  memegang pundak sahabat saya itu, lalu berlutut seolah-olah meminta ampunan pada Tuhan. Dan berikutnya selalu mudah tertebak, dengan rasa sebal yang ditahan dan dengan berbesar hati, dia mengatakan pada saya, “Ya sudah, sudah, cukup sudah.” Mungkin dalam hati dia juga berkata bahwa sakitnya dia itu di sini.

Dari kejadian itu saya jadi penasaran untuk mengetahui apa sebenarnya hidayah itu. Sebab bila tidak diluruskan, seolah-olah untuk menjadi baik itu harus menanti instruksi dulu dari Tuhan. Bila diperdalam, seolah-olah Tuhanlah yang menghendaki apakah seseorang itu jadi baik atau buruk. Dan bukan manusia yang menanggung perilaku yang dia lakukan itu, sebab bila Allah ingin dia baik, ya pasti dia memberikan hidayah to? Padahal saudara-saudara, perilaku seperti ini, pernah dilakukan oleh orang-orang Quraisy yang menantang dakwah Muhammad saat di Mekkah, dengan maksud untuk menantang Allah dan Rasulnya. Apa respons Allah? Woho, silakan liat di Al Qurang, bagaimana Allah mengecam dan mencela orang-orang itu.

Sebenarnya dari pernyataan itu secara implisit juga ada anggapan bahwa hidayah merupakan sebuah bentuk perilaku Allah untuk mengubah kondisi hati atau jalan hidup manusia agar menuju pada kebaikan. Oleh karenanya mereka menunggu hidayah Tuhan, dalam arti menunggu tindakan Allah untuk mengubah keadaan mereka yang katakanlah masih berada dalam keburukan menjadi baik. Apakah betul demikian? Menurut saya tidak. Masalah inilah yang akan saya angkat pada tulisan ini. Bagi yang sudah agak pusing silakan menepi sebentar, supaya tidak bertambah pusingnya. Jangan lupa makan ya? *Kok nyambung ke sini?

Nah sekarang kembali ke hidayah lagi. Sebenarnya, ketika saya mengok kamus besar Bahasa Indonesia, pengertian hidayah itu seperti ini.
Hidayah (n), petunjuk atau bimbingan dari Tuhan.
Dari sini ada satu hal yang kita tahu bahwa hidayah merupakan sebuah petunjuk atau bimbingan, namun subjek yang memberikan hal ini, spesifik yaitu Tuhan. Artinya, petunjuk atau bimbingan yang tidak datang dari Tuhan tidak dapat disebut sebagai hidayah. Jadi misalnya temanmu memberikan petunjuk tentang bagaimana memasak risoles yang baik dan benar, itu tidak dapat disebut dengan hidayah. Baru misalnya bila kita mendapatkan petunjuk masak risoles langsung dari Allah, itu bisa disebut dengan hidayah.

Mari kita perdalam. Karena hidayah adalah petunjuk atau bimbingan dari Tuhan, apakah petunjuk atau bimbingan itu sebenarnya?

Petunjuk menurut mbah kamus lagi artinya adalah:
1. sesuatu (tanda, isyarat) untuk menunjukkan, memberi tahu, dan sebagainya:
Dalam pengertian pertama ini makna ‘petunjuk’ dekat dengan sebuah tanda atau isyarat, di mana isyarat atau tanda itu berfungsi untuk menunjukkan, memberi tahu, atau yang lain. Artinya, petunjuk adalah sesuatu berupa tanda atau isyarat yang bila kita lihat atau kita tahu akan mengantarkan kita pada sebuah pengetahuan yang diwakili dari sesuatu itu. Misalnya penggunaan kata ‘petunjuk’ dalam pengertian pertama ini adalah pada kalimat seperti ini.

Lampu-lampu di lapangan itu dipakai sebagai petunjuk pesawat terbang yang akan mendarat pada malam hari.

Kata petunjuk dalam kalimat di atas merupakan keterangan fungsi dari kata ‘lampu-lampu di lapangan itu’. Artinya, lampu-lampu di lapangan itu memiliki sebuah makna yang dapat dipahami bagi pesawat terbang yang akan mendarat di lapangan tersebut, seperti menjadi tanda batas lebar lintasan, panjangnya, dan lain sebagainya sehingga pesawat itu dapat mendarat dengan aman.
2. ketentuan yang memberi arah atau bimbingan bagaimana sesuatu harus dilakukan; nasihat;
Pada pengertian yang kedua ini kata ‘petunjuk’ lebih dekat pada pengertian pengetahuan mengenai bagaimana kita melakukan sesuatu hal. Misalnya kalau kita sedang masak nasi goreng lalu kita lihat buku resep, di sini buku resep tersebut berfungsi sebagai ‘petunjuk’, atau sebuah buku yang mengandung ketentuan mengenai bagaimana kita harus memasak nasi goreng itu. Atau misalnya bila kita sedang masak nasi goreng sambil di awasi Ibu kita, dan beliau berkata, “eh minyaknya kurang itu, seharusnya kamu tambahi biar enak Dek”. Nah, perkataan Ibu itu juga merupakan sebuah ‘petunjuk’, dalam arti bisa menjadi nasihat atau bimbingan yang beliau berikan pada kita untuk memasak nasi goreng itu.
3. ajaran
Dalam pengertian ketiga ini, kata “petunjuk” lebih dekat pada makna ajaran, atau sebuah pengetahuan normatif tentang bagaimana kamu harus hidup, apa yang harus kamu lakukan, apa yang harus kamu cita-citakan, dan seterusnya. Misalnya adalah “petunjuk Tuhan” yang dapat berarti ajaran dari Tuhan.
4. tuntunan; ilham
Nah di sinilah uniknya. Pada pengertian ini kata petunjuk lekat dengan ilham, yang dalam makna kamusnya adalah petunjuk yang timbul di dalam hati manusia. Saya menduga kemungkinan besar inilah yang seringkali menjadi alibi untuk mempertahankan perilaku yang kita lakukan. Kita merasa belum muncul petunjuk dalam hati kita untuk berubah. Namun untuk tulisan kali ini, akan saya fokuskan pada tiga pengertian di atas, sementara untuk pembahasan ilham ini saya akan mengalokasikan waktu dan tulisan tersendiri untuk membahasnya. Oke, deal ya?

Sejauh ini maka secara besaran ada tiga makna kata petunjuk yang bisa disimpulkan. Yaitu petunjuk yang merujuk pada sebuah tanda atau isyarat, petunjuk yang merujuk pada suatu bimbingan atau ketentuan atau nasihat mengenai bagaimana melakukan suatu hal, dan petunjuk yang bermakna ajaran.

Dengan demikian, maka ‘hidayah’ dapat kita maknai sebagai sebuah tanda atau isyarat, bimbingan atau ketentuan atau nasihat mengenai bagaimana kita melakukan sesuatu, serta ajaran yang berasal dari Tuhan.

Dari sini sudah jelas bahwa hidayah itu bukan perilaku.

Oke baiklah, tapi itu menurut saya masih kurang untuk menjawab ‘tunggu hidayah dari Tuhan’, karena artinya dia sedang menunggu adanya tanda atau isyarat, bimbingan atau nasihat mengenai bagaimana kita melakukan sesuatu atau ajaran yang berasal dari Tuhan. Pertanyaan berikutnya yang akan saya ajukan oleh karenanya adalah, apakah iya hidayah dari Tuhan itu memang belum datang pada manusia, atau bila sudah datang apakah ia hanya berlaku untuk satu orang tertentu atau dapat berlaku bagi semua manusia?

Ada satu pendekatan yang akan saya gunakan untuk menjawab masalah ini. Yaitu merujuk pada kitab ajaran agama yang datang pada kita. Oleh karena saya seorang muslim, saya akan melihat Al Quran.
Adakah petunjuk yang datang pada manusia?








Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa (Al Baqarah:2)

Dari ayat ini dapat diketahui bahwa Kitab yang dijelaskan, atau yang dibacakan kepada Muhammad pada waktu turunnya merupakan sebuah petunjuk bagi mereka yang bertakwa. Artinya kitab Al Quran itu merupakan sebuah tanda atau isyarat, bimbingan atau nasihat atau ketentuan mengenai bagaimana kita melakukan sesuatu serta ajaran dari Allah untuk orang-orang yang bertakwa atau mereka yang muttaqiin.






Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung (Al Baqarah:5)

Pada ayat ini dapat diketahui bahwa orang-orang yang disebutkan pada ayat sebelumnya, yaitu pada ayat 1 sampai 4 merupakan orang yang tetap mendapatkan petunjuk dari Tuhan. Artinya orang-orang yang demikian (mereka yang percaya pada apa yang tidak terlihat, melaksanakan salat, dan seterusnya) tetap mendapatkan petunjuk dari Tuhan. Artinya bila kita ingin mendapatkan petunjuk dari Tuhan, berdasarkan teks ini, maka kita juga perlu menjadi orang-orang yang disebutkan pada ayat ini.






(Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa (Ali ‘Imran:138)

Dari ayat ini dapat diketahui, bahwa Al Quran (dalam penafsiran) adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. Memang secara teks Al Quran adalah sebuah penerangan bagi seluruh manusia. Namun menurut saya sendiri, kata 'penerangan' bermakna sebuah kiasan. Sebab Al Quran secara materiilnya bukanlah sesuatu yang mampu menghasilkan cahaya untuk menerangi kegelapan, misalnya. Sehingga makna kata penerangan ini tentunya merupakan makna konotatif atau kiasan. Apa yang dirujuk dengan kata ini, menurut saya juga tidak berbeda jauh bahwa Al Quran adalah petunjuk untuk seluruh manusia. Ada yang menarik sebenarnya, mengapa Allah menjelaskan Al Quran untuk seluruh manusia adalah 'penerangan', sementara bagi mereka yang bertakwa disebutkan sebagai 'petunjuk' dan 'pelajaran'. Namun saya tidak akan membahas hal itu di sini.





Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia (Ali ‘Imran:96)

Dari ayat ini dapat diketahui bahwa Baitullah atau lebih tepatnya Ka’bah dalam bahasa kita sekarang ini juga menjadi petunjuk yang diberikan bagi semua umat manusia.





Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (Yusuf:112)

Dan masih banyak lagi ayat-ayat yang mencantumkan kata huda/hudan (petunjuk), dan seterusnya.[1]
Sejauh ini pertanyaan apakah datang petunjuk pada manusia, sudah terjawab. Dalam beberapa ayat juga sekaligus dijelaskan bahwa petunjuk itu adalah untuk mereka yang bertakwa, beriman, dan lain sebagainya. Namun ada pula petunjuk yang berlaku untuk manusia secara umum, seperti pembangunan kakbah.

Bila dicari dengan kata kunci 'tanda' atau isyarat', maka kita juga dapat menemukan bahwa Allah telah memberikan tanda bagi manusia di luar hal-hal yang telah disebutkan di atas. Misalnya terlihat dari ayat ini,

Already there has been for you a sign in the two armies which met - one fighting in the cause of Allah and another of disbelievers. They saw them [to be] twice their [own] number by [their] eyesight. But Allah supports with His victory whom He wills. Indeed in that is a lesson for those of vision. (3:13)

Ayat ini menunjukkan adanya tanda pada pertemuan dua pasukan yang saling bertarung. Tanda di sini dalam pandangan saya merujuk pada bantuan Allah dalam bantuan yang diberikan oleh Allah dalam pertempuran yang dialami oleh umat Muslim pada waktu itu. Melihat dari kronologis dan sejarah, ayat ini kemungkinan besar turun di masa sekitar perang Uhud. 

Atau, 


And how many a sign within the heavens and earth do they pass over while they, therefrom, are turning away. (12:105)

Ayat ini lebih bermakna umum, maksudnya tanda di sini dijelaskan oleh Allah tersebar di antara langit dan bumi, di mana pada ayat ini dijelaskan bahwa orang-orang yang melihat tanda-tanda itu setelah melewatinya berpaling ke belakang. 

Dari sini hidayah itu kita identifikasi dalam berbagai bentuk (sejauh data yang saya paparkan), yaitu:
  • Al Quran
  • Tanda yang tersebar di antara langit dan bumi
  • Pertolongan Allah (pada kaum muslim yang berperang)
  • Kakbah 
Bila ditelusuri dalam ayat-ayat yang lain, saya meyakini kita akan menemukan bentuk-bentuk hidayah yang lebih banyak lagi. 

Dari beberapa penelusuran di atas dapat saya menyimpulkan bahwa hidayah Tuhan itu sudah tersedia di sekitar kita. Artinya, kita sudah tidak perlu lagi menunggu adanya 'hidayah' itu. Sebab hidayah itu sendiri sudah tersebar di sekitar kita. Dengan demikian, tanggung jawab untuk mengubah perilaku kita, dengan demikian, ada pada diri kita sendiri. 

Saya meyakini bawa selama pintu hati kita masih kita buka, sekali lagi, masih kita buka, kesempatan untuk berhijrah ke jalan yang lebih baik selalu tersedia.

Sebab hanya mereka yang ‘tuli’, ‘bisu’, dan ‘buta’ yang tidak dapat kembali. Ada pula ayat yang menyebutkan tentang ‘tertutupnya pintu hati’ yang kemudian membuat manusia tidak dapat memahami jalan yang benar.

صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَرْجِعُونَ 
(Al Baqarah, 18) 


Lalu bagaimana dengan hidayah sebagai ilham? Tunggu tulisan berikutnya.


[1] Lebih lengkapnya teman-teman bisa melihat di http://corpus.quran.com/search.jsp?q=guidance, atau bisa juga silakan dilihat di Al Quran masing-masing. 

You Might Also Like

0 komentar