Memupuk Rasa Ketakjuban
13.24.00
by |
*
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِن مَّاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِن كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi,
silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang
berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah
turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan
bumi sesudah matinya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan,
dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan
bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum
yang memikirkan. ~ Al Baqarah : 164
*
SAYA pernah memiliki seorang teman. Sebut saja namanya Bunga. Dia adalah
seorang laki-laki tulen yang macho dan keren seperti Abu Jahal, eh tidak deh,
terlalu tua dan jahat itu mah.
Jadi, Bunga ini, termasuk pemuda yang dulu berawal dari lingkungan yang
jauh dari nilai-nilai ketuhanan, sering terpapar pergaulan bebas, tidak pernah
memikirkan apa yang akan di lakukan di masa depan nanti, mengalir saja inginnya,
dan dia juga memiliki ketergantungan pada nikmat-nikmat tertentu yang melampaui
batas. Tidak hanya Bunga saja, ada banyak, bahkan mungkin lebih ekstrem
daripada yang Bunga alami. Tapi ada banyak pula, orang-orang seperti Bunga yang
kemudian berupaya untuk berubah. Saya rasa, membutuhkan usaha yang luar biasa
untuk mampu berubah total menjadi seseorang yang melandaskan seluruh
kehidupannya pada nilai-nilai tauhid, dari latar belakang seperti itu. Bukannya
tidak mungkin, namun ada jalan-jalan tertentu yang harus ditempuh agar hal itu
bisa tercapai. Sahabat Rasul pun, suatu ketika pernah bertanya kepada beliau,
bagaimanakah caranya agar mereka tetap sadar akan Allah, ketika disibukkan
dengan urusan duniawinya. Di situ Rasul menunjukkan doa keselamatan dunia dan
akhirat yang kemudian sering kita lantunkan setiap habis salat dan setiap habis
berdoa. Hal itu menunjukkan betapa godaan itu senantiasa datang menghampiri,
berusaha untuk menjauhkan manusia dari nilai-nilai ketuhanan.
Bayangkan, itu saja masih di jaman Rasul, ketika belum ada internet,
instagram, telegram, ambigram, pictogram, dan gram-gram lainnya, jadi belum
bisa stalking-stalkingan yang bisa memicu khalwat secara tidak
langsung. Tapi godaan sudah ada dan bahkan sahabat pun merasakan adanya
kesulitan. Belum pula ada lazada (bukan nama sebenarnya), buka lapak (bukan
nama sebenarnya juga), indomaret (masih bukan nama sebenarnya), alfamaret dan
yang lain. Kemampuan kapasitas produksi dan pengolahan manusia akan bahan-bahan
alam di jaman sekarang sudah semakin besar. Dari segi fisik, saya berani
bertaruh lebih banyak perempuan dan laki-laki yang rupawan di jaman ini dibandingkan
pada jaman Rasul, yang menyebabkan godaan pasangan semakin besar. La bagaimana tidak,
sekarang sudah ada axe dan ponds broh, wong hanya pakai axe saja
bidadari bisa ngibrit kok, apalagi kamu. Materialisme dibantu dengan
kapitalisme dan liberalisasi pasar semakin menjadikan godaan material itu
semakin besar. Saudara-saudara, selama produk-produk terus diproduksi, selama
itu kita akan selalu diuji dengan beli atau tidak yaaa?
Secara pribadi, saya sepakat dengan perkataan salah satu orang yang saya
hormati, bahwa memahami jalan Allah sebagai jalan yang benar saja tidak akan
cukup untuk membuat manusia bertahan di jalan tersebut. Kita membutuhkan
dorongan afeksi yang besar, untuk tetap bertahan. Dan bagi teman saya itu, hal
ini benar-benar berlaku. Dia berjuang melawan masa lalu dan kebiasaannya dulu
sembari berupaya bertahan di jalan ini. Betapa banyak orang yang tahu mana
benar dan mana salah, namun tetap bertahan di jalan yang salah karena dia
merasakan kenikmatan di jalan tersebut? Sebut saja, koruptor, para penyontek
ketika ujian (nah lo, ini pasti kamu ya), para penembak SIM biar cepat lulus
(ini juga pasti kamu ya), dan lain sebagainya. Memang, permasalahan ini
bukanlah hal yang sederhana. Tidak sesederhana memilih pakaian di lemari loker
saya yang hanya itu-itu saja modelnya. Dan tidak pula sesederhana membalikkan
telapak kaki kita.
Ada perbedaan antara mengubah kepercayaan dan keyakinan, atau katakanlah
pandangan hidup seseorang, dengan membuat mereka bertahan pada jalan hidup
tersebut. Ada banyak kasus yang menunjukkan bahwa sekalipun pandangan hidup
mereka sudah berubah, namun nyatanya mereka tidak bertahan. Penyebabnya sendiri
bisa banyak, antara lain karena menemukan penilaian baru bahwa pandangan hidup
yang baru itu salah, atau karena tidak merasakan kenikmatan pada jalan tersebut,
atau karena dipaksa kembali pada jalan yang lama oleh pihak-pihak tertentu,
sebagaimana pernah terjadi pada jaman Rasul, sahabat yang dipaksa mengakui
adanya Ilah selain Allah dengan siksaan yang begitu berat, bahkan ada pula yang
kemudian orang tuanya dibunuh.
Dari sini saya akan memusatkan tulisan ini untuk membahas masalah yang
kedua, yaitu kegagalan bertahan karena tidak mampu merasakan kenikmatan di
jalan tersebut. Menumbuhkan kenikmatan pada gaya hidup yang baru menurut saya
sendiri cukup membutuhkan usaha yang keras dan konsisten, kalau tidak ingin
jatuh dalam godaan yang menyebabkan kembali pada kebiasaan lama yang menurut
pengalaman rasa yang dilalui sebelumnya merupakan hal-hal yang nikmat. Secara umum
untuk bisa merasakan kenikmatan, dapat dilalui melalui berbagai jalan, misalnya
mencari hikmah dari jalan yang ditempuh dan apa manfaatnya untuk kita kelak. Namun,
untuk memperkuat hal tersebut, saya rasa, termasuk saya sendiri, juga
membutuhkan perasaan cinta kepada Tuhan. Dengan kata lain, saya memerlukan
pengenalan yang dalam terhadap Tuhan untuk bisa bertahan di jalan tersebut. Mengapa?
Untuk menumbuhkan rasa takjub, rasa sungkan, dan rasa malu bila akhirnya saya
melanggar aturannya. Kadang kala, dan ini sering terjadi, saya mengetahui nilai
penting sebuah perintah, namun saya melanggarnya. Tidak perlu saya sebutkan
dosa apa yang saya lakukan, semoga Allah mengampuninya. Namun yang jelas, saya
merasa bahwa hal itu terjadi karena saya tidak benar-benar meyakini, mencintai,
dan merasa ada keharusan untuk mengikuti segala yang dia perintah. Atas dasar
ini, maka bagi saya pribadi, saya perlu mengenal Allah dan mencintainya
dalam-dalam, agar saya memiliki rasa malu dan rasa sungkan serta rasa bangga
dan senang bila terus berada di jalan yang dia ridai.
Tapi bagaimana? Saya sudah meniatkan akan mengirimkan surat lewat pos, eh
tapi alamat Allah katanya di ‘Arsy. Selain sulit pergi ke sana, biayanya juga
pasti mahal. Pakai motor apa ya untuk bisa ke sana. Duh ini nanti malah bisa
jadi merepotkan. Lalu alternatif berikutnya, sepertinya saya harus menjalin
komunikasi batin dengan Allah. Lah tapi itu pun juga susah. Toh saya ini siapa,
bukan rasul dan bukan sihir, eh maksudnya bukan nabi. Belum lagi tidak ada
kepastian apakah Allah nanti membalas balik, dalam arti secara langsung seperti
layaknya saat saya ngobrol dengan kamu. Pernah pula terpikirkan untuk stalking
di instagram, lah belio nggak punya akun IG, terus aku kudu piye? Lalu saya
harus bagaimana? Bagaimana saya bisa mencintai diri-Nya?
Untunglah, setelah saya meminum air minum dan setelah sekian detik
berpikir, akhirnya telah kutemukan salah satu hal yang bisa menjadi jawabannya.
Yaitu: memikirkan tentang alam semesta yang dia ciptakan. Kok?
*
*
Hasil dari perkuliahan studi Al Quran yang saya tempuh, salah satunya
menunjukkan bahwa di dalam Al Quran, Allah menegur, mengingatkan, dan
menyampaikan peringatan kepada manusia melalui informasi-informasi yang
berkaitan dengan alam semesta. Sebut saja, tentang hujan, tumbuhnya tanaman,
kematian tanaman lewat keringnya rerumputan (ini pernah saya tulis dalam sebuah
tulisan tersendiri, mungkin beberapa hari ke depan akan saya pos juga setelah
pasti ditolak oleh pihak yang saya kirimi naskah, huhu, sedihnya...).
Orientasi dari penyampaian itu adalah untuk membuat manusia berpikir dan
menghayati kembali tentang alam semesta, dan menurut pemikiran pribadi saya,
juga agar mereka semakin yakin pada kebesaran dan keagungan Allah. That he
is the only one. Sebenarnya lewat informasi kisah umat terdahulu pun juga
dapat digunakan atau diorientasikan untuk hal yang sama, walaupun ada penekanan
yang berbeda. Namun menurut saya, yang lebih enak untuk dilakukan adalah dengan
mengamati alam semesta. Mengapa?
Sebenarnya ini bersifat dugaan, tapi melihat intensitas teman-teman satu perjuangan
yang sangat sering memposting tentang panorama alam semesta di instagram
mereka, atau di facebook, menunjukkan bahwa mengamati alam adalah hal yang
menyenangkan dan menyegarkan pikiran. Coba deh kamu amati, hijaunya pepohonan
dan sawah-sawah, kepakan sayap merpati, semilirnya angin yang menyapa wajahmu,
atau dedaunan yang jatuh terbawa angin menuju kelopak matamu, bahkan bisa juga
dari yang terkecil; semut yang menggeliat dan menjajah kulit-kulit tanganmu,
nyamuk-nyamuk yang selalu mengganggu waktu mau tidur, dan seterusnya, dan
seterusnya. Tidak membutuhkan banyak berpikir, pada tahap pertama, karena yang kamu
perlu lakukan adalah melakukan sensasi. Ya, kamu hanya perlu mengamati dulu. Gunakan
kedua bola matamu yang indah itu untuk melihat dan mengamati bentuk, tekstur,
warna, kesimetrisan, dan aspek-aspek penglihatan lain dari alam semesta ini. Gunakan
telingamu yang mungil nan lentik itu untuk mendengarkan detak jantung alam ini.
Gunakan kedua tanganmu untuk merabanya dan merasakan kebesaran Allah yang
terpancar dan membekas pada setiap sudut ciptaanNya, serta gunakan lidahmu yang
lentur nan tak pernah kering itu untuk mencicipi manis dan kecutnya buah-buah
yang senantiasa tumbuh tanpa perlu kau tarik dari akarnya. Kamu hanya butuh
merasakannya, baru setelah itu menghayatinya. Siapa yang bisa menciptakan semua
ini?
Nah kalau level segitu sudah terlampaui, cobalah untuk menghayati lebih
dalam lagi dengan menambah pengetahuan kita tentang alam semesta ini dari segi
yang paling kecil. Misalnya, coba kita perhatikan bakteri, virus, vitamin,
protein, enzim, dan seterusnya. Saya pun belum banyak tahu, tapi sejauh yang
saya baca, pada ciptaan-ciptaan yang sangat mikro itu, terdapat hal-hal luar
biasa yang bahkan bisa membuat dirimu sendiri takjub. Bakteri, yang katanya
organisme paling sederhana itu, memiliki berjuta-juta nukleotida yang
dimampatkan dalam bakteri yang sebenarnya sudah sangat-sangat kecil. Panjangnya
nukleotida pada bakteri berkisar sekitar 1,400 micron, sementara ukuran sel
bakteri hanya sekitar 2-3 mikron![1]
Bayangkan betapa sumpeknya di dalam sana. Kalau dalam manajemen kependudukan
sudah pasti kepadatan penduduknya sangat tinggi! Bakteri juga termasuk
organisme yang sangat bandel, bahkan ada yang ditemukan berumur sekitar 700
tahun di dalam batu-batu garam.[2]
Kalau mau tahu lebih dalam tentang enzim supaya kamu juga bisa lebih sehat,
bacalah bukunya Dr. Hiromi Shinya. Lebih lanjut silakan baca dan mengamati
sendiri deh, saya takut nanti malah jadi guru biologi. Prinsipnya, dari situlah
kita bisa merasakan betapa agungnya sosok yang menuntun kita itu.
Jadi, apakah sudah kau merasakan kebesaran Allah?
*
وَفِي أَنفُسِكُمْ ۚ أَفَلَا تُبْصِرُونَ وَفِي الْأَرْضِ آيَاتٌ لِّلْمُوقِنِينَ
Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang yakin, dan pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?
~ Adz-Dzariyaat 20-21.
*
Semoga tulisan ini mampu memberikan jalan keluar
bagi mereka yang sulit merasakan kehadiran Allah dalam setiap nafas
kehidupannya. Dan semoga kamu semakin sering mengamati alam semesta, syukur-syukur
ngesare di sosial media baik instagram ataupun yang lain, supaya orang-orang
yang nggak sempat hunting foto alam semacam saya ini bisa kecipratan
ketakjubanmu kepada Tuhan. Terima kasih khususnya pada @esmeraldaanissa,
@nurfeby_07, yang telah mengizinkan saya menggunakan foto hasil jepretan
mereka untuk membuat tulisan ini. Selamat berjuang menempuh deadline yang masih
tersisa. :)
Surabaya, 18
September 2016.
0 komentar